Selamat Datang di Blog Yayasan Pendidikan AMRI (SMP Ulil Amri,TK Ulil Amri,MDTA Salafiyah Desa Pranggong Kec.Arahan Kab.Indramayu)

Selasa, 16 Agustus 2016

Cinta Tanah Air Indonesia


Seputar santri pondok pesantren. Dulu di tanah Jawa ini, yang paling ditakuti (penjajah) Belanda adalah santri dan tarekat (thariqah). Ada seorang santri yang juga penganut thariqah, namanya Abdul Hamid. Ia lahir di Dusun Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta. Mondok pertama kali di Tegalsari, Jetis, Ponorogo kepada KH. Hasan Besari. Abdul Hamid ngaji kitab kuning kepada Kyai Taftazani Kertosuro. Ngaji Tafsir Jalalain kepada KH. Baidlowi Bagelen yang dikebumikan di Glodegan, Bantul, Jogjakarta. Terakhir Abdul Hamid ngaji ilmu hikmah kepada KH. Nur Muhammad Ngadiwongso, Salaman, Magelang. Di daerah eks-Karesidenan Kedu (Temanggung, Magelang, Wonosobo, Purworejo, Kebumen), nama KH. Nur Muhammad yang masyhur ada dua, yang satu KH. Nur Muhammad Ngadiwongso, Salaman, Magelang dan satunya lagi KH. Nur Muhammad Alang-alang Ombo, Pituruh, yang banyak menurunkan kyai di Purworejo. Abdul Hamid sangat berani dalam berperang melawan penjajah Belanda selama 5 tahun, 1825-1830 M. Abdul Hamid wafat dan dikebumikan di Makassar, dekat Pantai Losari. Abdul Hamid adalah putra Sultan Hamengkubuwono ke-III dari istri Pacitan, Jawa Timur. Abdul Hamid patungnya memakai jubah dipasang di Alun-alun kota Magelang. Menjadi nama Kodam dan Universitas di Jawa Tengah. Terkenal dengan nama Pangeran Diponegoro. Belanda resah menghadapi perang Diponegoro. Dalam kurun 5 tahun itu, uang kas Hindia Belanda habis, bahkan punya banyak hutang luar negeri. Nama aslinya Abdul Hamid. Nama populernya Diponegoro. Adapun nama lengkapnya adalah Kyai Haji (KH) Bendoro Raden Mas Abdul Hamid Ontowiryo Mustahar Herucokro Senopati Ing Alogo Sayyidin Pranotogomo Amirul Mu’minin Khalifatullah Tanah Jawi Pangeran Diponegoro Pahlawan Goa Selarong. Maka jika Anda pergi ke Magelang dan melihat kamar Diponegoro di eks-Karesidenan Kedu, istilah sekarang di Bakorwil, ada 3 peningalan Diponegoro: al-Quran, tasbeh dan Taqrib (kitab Fath al-Qarib). Kenapa al-Quran? Diponegoro adalah seorang Muslim. Kenapa tasbih? Diponegoro seorang ahli dzikir, dan bahkan penganut thariqah. Habib Luthfi bin Ali bin Yahya Pekalongan mengatakan bahwa Diponegoro seorang mursyid Thariqah Qadiriyyah. Selanjutnya yang ketiga, Taqrib matan Abu Syuja’, yaitu kitab kuning yang dipakai di pesantren bermadzhab Syafi'i. Jadi Pangeran Diponegoro bermadzhab Syafi’i. Maka, karena bermadhab Syafi’i, Diponegoro shalat Tarawih 20 rakaat, shalat Shubuh memakai doa Qunut, Jum’atan adzan dua kali, termasuk shalat Ied-nya di Masjid. Lima tahun setelah perang Diponegoro berakhir yang ditandai dengan ditangkapnya Pangeran Diponegoro dan diasingkannya para murid setianya ke tanah Sulawesi, muncul seorang santri tulen yang lahir di Kendal Jawa tengah (1792), pada umur 6 tahun hingga usia remaja berguru kepada Syekh Asy'ari Kaliwungu kemudian melanjutkan pendidikannya di Makkah dan Mesir tidak kurang selama dua puluh tahun, beliau adalah KH. Ahmad Rifa'i. Salah satu guru besar KH. Ahmad Rifa'i adalah Syekh Ibrohim Al Baijuri, penulis hasyiyah Al Baijuri, kitab fiqih bermadzb Syafi'iyah. KH. Ahmad Rifa'i yang sejak kecil telah mengenyam pendidikan pesantren, sekembalinya dari tanah Arab semakin memupuk jiwa "nasionalisme"nya dalam menentang penjajahan Belanda, ia mahir menulis syair-syair kitab berbahasa Daerah (Jawa & Melayu), disisipi nilai-nilai patriotisme yang tinggi dan konsistensi perjuangan, terbukti sampai ia juga diasingkan oleh penjajah Belanda ke Ambon Maluku Utara. Di setiap mengawali tulisan dalam kitab-kitabnya, KH. Ahmad Rifa'i membuka dengan penegasannya sebagai pengikut madzhab Syafi'i dan thoriqoh Ahlussunah wal Jama'ah, tidak kurang dari 60 judul kitab karyanya hingga diakui juga sebagai Pahlawan Nasional. Sikap patriotik dan jiwa nasionalis dari KH. Ahmad Rifa'i tercermin dari salah satu karyanya dalam kitab Abyanal Hawaij, Mukmin bungkuk kasab nandur telo Luwih becik tinimbang ngawulo ing Londo Mukmin bungkuk kasab nandur jagung Luwih becik tinimbang ngawulo marang Tumenggung Seorang mukmin yang bekerja menunduk dengan menanam ketela (ubi), lebih baik daripada menghamba kepada (penjajah) Belanda. Seorang mukmin yang menunduk bekerja menanam jagung, lebih baik daripada menghamba kepada Tumenggung (yang menjadi antek kolonial). Selain dikenal sebagai ulama yang tegas dan konsisten dalam berdakwah, beliau juga menjadi Mursyid thoriqoh syadzaliyah, yaitu salah satu thoriqohdari beberapa thoriqoh yang mu'tabaroh. KH. Ahmad Rifa'i setelah dua tahun di Ambon, kemudian diasingkan ke beberapa tempat hingga berakhir dan wafat di Kampung Jawa Tondano, Minahasa Sulawesi Utara (1872). Dulu, juga ada tokoh pendidikan nasional bernama Douwes Dekker. Siapa itu Douwes Dekker? Danudirja Setiabudi. Mereka yang belajar sejarah, semuanya kenal. (Leluhur) Douwes Dekker itu seorang Belanda yang dikirim ke Indonesia untuk merusak bangsa kita. Namun ketika Douwes Dekker berhubungan dengan para kyai dan santri, mindset-nya berubah, yang semula ingin merusak kita justeru bergabung dengan pergerakan bangsa kita. Bahkan kadang-kadang Douwes Dekker, semangat kebangsaannya melebihi bangsa kita sendiri. Douwes Dekker pernah berkata dalam bukunya: “Kalau tidak ada kyai dan pondok pesantren, maka patriotisme bangsa Indonesia sudah hancur berantakan.” Siapa yang berbicara? Douwes Dekker, orang yang belum pernah nyantri di pondok pesantren. Seumpanya yang berbicara seorang anak pesantren, pasti ada yang berkomentar: "Hanya biar pondok pesantren laku." Tapi kalau yang berbicara orang “luar”, ini temuan apa adanya, tidak dibuat-buat. Maka, kembalilah ke pesantren. Ki Hajar Dewantara (Suwardi Suryaningrat) itu adalah santri. Tidak hanya Diponegoro anak bangsa yang dididik para ulama menjadi tokoh bangsa. Diantaranya, di Jogjakarta ada seorang kyai bernama Romo Kyai Sulaiman Zainudin di Kalasan Prambanan. Punya santri banyak, salah satunya bernama Suwardi Suryaningrat. Suwardi Suryaningrat ini kemudian oleh pemerintah diangkat menjadi Bapak Pendidikan Nasional yang terkenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Jadi, Ki Hajar Dewantara itu santri, ngaji, murid seorang kyai. Sayangnya, sejarah Ki Hajar mengaji al-Quran tidak pernah diterangkan di sekolah-sekolah, yang diterangkan hanya Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Itu sudah baik, namun belum komplit. Belum utuh. Sayyid Husein al-Mutahhar adalah cucu nabi yang patriotis. Malah-malah, ketika Indonesia merdeka, ada sayyid warga Kauman Semarang yang mengajak bangsa kita untuk bersyukur. Sang Sayyid tersebut menyusun lagu Syukur. Dalam pelajaran Sekolah Dasar disebutkan Habib Husein al-Mutahar yang menciptakan lagu Syukur. Beliau adalah Pakdenya Habib Umar Muthahar SH Semarang. Jadi, yang menciptakan lagu Syukur yang kita semua hafal adalah seorang sayyid, cucu baginda Nabi Saw. Mari kita nyanyikan bersama-sama: Dari yakinku teguh Hati ikhlasku penuh Akan karuniaMu Tanah air pusaka Indonesia merdeka Syukur aku sembahkan Ke hadiratMu Tuhan. Itu yang menyusun cucu Nabi, Sayyid Husein Muthahar, warga Kauman Semarang. Akhirnya oleh pemerintah waktu itu diangkat menjadi Dirjen Pemuda dan Olahraga. Terakhir oleh pemerintah dipercaya menjadi Duta Besar di Vatikan, negara yang berpenduduk Katholik. Di Vatikan, Habib Husein tidak larut dengan kondisi, malah justeru membangun masjid. Hebat. Malah-malah, Habib Husein Muthahar menyusun lagu yang hampir se-Indonesia hafal semua. Suatu ketika Habib Husein Muthahar sedang duduk, lalu mendengar adzan shalat Dzuhur. Sampai pada kalimat hayya 'alasshalâh, terngiang suara adzan. Sampai sehabis shalat berjamaah, masih juga terngiang. Akhirnya hatinya terdorong untuk membuat lagu yang cengkoknya mirip adzan, ada “S”nya, “A”nya, “H”nya. Kemudian pena berjalan, tertulislah: 17 Agustus tahun 45 Itulah hari kemerdekaan kita Hari merdeka Nusa dan Bangsa Hari lahirnya Bangsa Indonesia Merdeka Sekali merdeka tertap merdeka Selama hayat masih dikandung badan Kita tetap setia, tetap setia Mempertahankan Indonesia Kita tetap setia, tetap setia Membela Negara kita. Maka peran para kyai dan para sayyid tidak sedikit dalam pembinaan patriotisme bangsa. Bung Karno, ketika mau membaca teks proklamasi di Pegangsaan Timur Jakarta, minta didampingi putra kyai. Tampillah putra seorang kyai, dari kampung Batuampar, Mayakumbung, Sumatera Barat. Siapa beliau? H. Mohammad Hatta putra seorang kyai. Bung Hatta adalah putra Ustadz Kiai Haji Jamil, Guru Thariqah Naqsyabandiyyah Kholidiyyah. Sayang, sejarah Bung Hatta adalah putra kyai dan putra penganut thariqah tidak pernah dijelaskan di sekolah, yang diterangkan hanya Wakil Presiden pertama dan Bapak Koperasi. Mulai sekarang, mari kita terangkan sejarah dengan utuh. Jangan sekali-kali memotong sejarah. Semoga Allah Swt. memberi kita hidayah dan pertolongan untuk dapat terus melanjutkan perjuangan para pendiri Bangsa tercinta ini. 
(Sumber Artikel FB Safiq McMuhamad)

Kamis, 11 Agustus 2016

Profil Singkat AMRI (Angkatan Muda Rifai'yah)

Angkatan Muda Rifa'iyah (AMRI) merupakan salah satu organisasi kepemudaan yang mengakomodasi kepentingan dan gerakan pemuda di Indonesia. AMRI didirikan oleh para pemuda Rifa'iyah dalam rangka upaya untuk memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan bangsa. Khususnya melalui pengembangan kapasitas pemuda. Profil Singkat AMRI (Angkatan Muda Rifai'yah) AMRI lahir melalui rekomendasi Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Rifa'iyah di Pekalongan pada tahun 1998. Dan Konggres pertama dilakukan pada 28 Oktober 2001 di Cirebon. Dalam perjalanannya, AMRI sebagai Badan Otonom (Banom) Rifaiyah, memiliki tanggung jawab besar dalam mengawal dan meneruskan perjuangan Guru Besarnya, K.H. Ahmad Rifa’i dalam membawa masyarakat yang memiliki kecintaan terhadap tanah airnya, dengan tetap berpegang kepada nilai kebenaran dan nilai-nilai keislaman. AMRI sebagai badan otonom Rifa'iyah memiliki peran penting yang sangat strategis terhadap perkembangan pemuda. Untuk itu, dalam proses gerakannya, AMRI memposisikan sebagai sentral komunikasi dan sentral gerakan pemuda, khususnya pemuda Rifa'iyah. Selain media komunikasi, AMRI juga harus mampu memposisikan sebagai organisasi pemuda yang dapat mengakomodir sekaligus mengkoordinasikan ide, gagasan dan pemikiran pemuda, khususnya pemuda Rifa'iyah. Posisi stategis yang demikian ini dimaksudkan untuk mengembangkan kapasitas pemuda dan upaya mempersiapkan generasi pemuda yang kompeten dalam setiap bidangnya. Sehingga diharapkan dimas yang akan datang dapat tercipta sebuah tatanan yang madani, adil, dan makmur.

Rabu, 10 Agustus 2016

A. VISI DAN MISI SMP ULIL AMRI

Visi SMP Ulil Amri adalah: 
Menciptakan Insan kreatif, Islami dan Berkarakter. 




Misi dari SMP Ulil Amri adalah (1) melakukan kegiatan belajar mengajar (KBM) berbasis praktek, aplikatif dan terapan, (2) penerapan kurikulum yang komperehensif, (3) melakukan pelatihan bersinergi dengan instansi yang mumpuni, (4) menerapkan pendidikan yang berorientasi inovasi, dan (5) berperan aktif terhadap pengabdian masyarakat. 

Latar Belakang SMP ULIL AMRI Pranggong

Kemajuan sebuah negara dapat diukur dari seberapa berkualitas Sumber Daya Manusia (SDM) –nya. SDM Bangsa yang berkualitas dilahirkan dari lembaga-lembaga pendidikan yang berkualitas pula. Ketika lembaga pendidikan yang ada tidak mampu melahirkan SDM yang berkualitas maka kemajuan suatu bangsa tidak dapat dicapai. Oleh karena itu, dibutuhkan lebih banyak lembaga pendidikan berkualitas dan berkarakter di Indonesia agar lulusan memiliki daya saing tinggi pada era global saat ini.
Selain dari pada itu, Negara juga sudah menjamin pemerataan kesempatan pendidikan bagi warga negaranya. Hal ini sejalan dengan UUD Negara Republik Indonesia 1945 Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 C ayat (1) Pasal 31 dan Pasal 32, yang pada kesimpulannya adalah tentang amanat Pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan, pemerataan pendidikan dan peningkatan mutu serta manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai tuntutan perubahan kehidupan baik pada tingkat lokal, nasional maupun global.
Untuk ikut andil dalam penyelenggaraan program pendidikan dan demi kemajuan bangsa, Yayasan Pendidikan AMRI (YP-AMRI) mengusulkan untuk mendirikan sekolah baru tingkat menengah pertama yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) Ulil Amri di kecamatan Arahan, Indramayu, Jawa Barat. YP-AMRI meyakini bahwa program pendidikan berkualitas tinggi harus dirancang dan diimplementasikan secara cermat. Oleh sebab itu, pengelolaan kurikulum yang unik, modern, dan unggul dengan bercirikan islam sangatlah penting demi terbentuknya kegiatan belajar mengajar yang tidak membosankan, mudah dipahami siswa dan tentunya menghasilkan lulusan yang kreatif dan berkarakter.